Politeknik Negeri Jakarta (PNJ) adalah salah satu perguruan tinggi negeri yang terdapat di areal kampus Universitas Indonesia. Di dalamnya terdapat tujuh jurusan, yaitu Teknik Sipil, Teknik Mesin, Teknik Elektro, Teknik Informatika Komputer, Akuntansi, Administrasi Niaga, dan Teknik Grafika Penerbitan.
Khusus yang terakhir, jurusan tersebut memiliki empat program studi, salah satunya adalah Penerbitan Jurnalistik. Prodi jurnalistik PNJ bukan sekadar program studi yang menfasilitasi materi-materi yang diberikan saja, tetapi para dosennya juga hadir dari dosen profesi ahli. Nggak percaya? Ini deretannya!
1. Pamusuk Eneste
Pria yang lahir di Padang Matinggi, Sumatera Utara, 19 September 1951 ini adalah seorang sastrawan Indonesia dan editor. Ia merupakan lulusan jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra Universitas Indonesia (FSUI) pada 1977.
Pamusuk Eneste pernah menjadi editor Sastra dan Bahasa di Penerbit Grasindo pada 1982. Sebagai editor ia banyak membuat antologi karya sastrawan Indonesia. Selain itu, ia juga menulis buku panduan penyuntingan buku.
Ia pernah mendapatkan hadiah Yayasan Buku Utama Departemen P&K pada tahun 1987 atas buku H.B. Jassin Paus Sastra Indonesia. Kini selain mengajar di Politeknik Negeri Jakarta, ia juga pernah mengajar di Universitas Pakuan (1983-1991).
2. Nestor Rico Tambunan
Nestor adalah seorang penulis paket lengkap, bisa menulis fiksi maupun non-fiksi. Ia lulusan IISIP Jakarta, mulai dari sanalah memulai dunia jurnalistiknya sebagai wartawan di majalah Gadis, Sarinah, dan Kartini sampai mengakhiri kariernya pada 1991 sebagai pemimpin redaksi tabloid Mutiara Kartini.
Setelah itu, ia mulai menekuni di dunia penulisan secara penuh. Tulisan fiksinya banyak dituangkan dalam berbagai media di tanah air, termasuk sinetron, film televisi, dan film layar lebar. Ia lebih senang disebut sebagai penulis cerita lepas.
Untuk karier penulisan non-fiksi, Nestor banyak menulis buku psikologi remaja. Ia menjadi salah satu pengajar disebuah LSM yang mendedikasikan lembaganya untuk anak yang kurang mampu.
3. Tagor Siagian
Pria yang lahir di New Haven, Amerika Serikat 1963 ini merupakan seorang fotografer panggung dan mantan jurnalis. Berkat keahliannya dibidang fotografi dan jurnalisme, Tagor Lassak memiliki segudang pengalaman bekerjasama dengan berbagai macam individu dan organisasi, baik dari sisi popular maupun “serius”.
Beberapa diantaranya adalah menjadi Road Manager Iwan Falls pada tahun 2001 dan menjadi salah satu fotografer dalam festival musik perkusi “Sacred Rhythm: The Millennial Percussion for Unison” pada tahun 1999. Anak dari Sabam Siagian ini juga mengajar di Universitas Katolik Indonesia Atmajaya.
Saat ini ia tengah mempersiapkan buku yang berisikan kumpulan fotografi dokumentasi panggungnya dari tahun 1984-2020. Ia pernah menerima penghargaan dari Menteri Negara Kebudayaan dan Paristiwa Republik Indonesia dalam bidang Pendidikan Fotografi pada 2003.
4. Adek Alwi
Pria yang mempunyai nama lengkap Marianto Adek Alwi Sutan Rajo Alam ini lahir di Padangpanjang, 21 Juni 1953. Ia merupakan sastrawan Indonesia yang dikenal dengan karya-karya islami dalam bentuk prosa.
Ade juga merupakan salah satu pemimpin redaksi di majalah Anita Cemerlang. Setelah itu dia menerbitkan LA Press yang menerbitkan sebagian karya-karyanya. Tahun 1975-2005, ia aktif sebagai wartawan dan banyak menulis karya cerpen yang dimuat di berbagai media masa, di antaranya Kompas, Suara Karya, Suara Pembaruan, dan surat kabar lainnya.
Selain tetap menulis cerpen, dan mengajar di Jurusan Teknik Grafika Penerbitan, Politeknik Negeri Jakarta. Ia juga masih bergiat di ikatan penulis Anita, serta bergabung dengan pelukis Hidayat dan penyair Remy Novaris di LA Gallery.
5. Rita Sri Hastuti
Wanita kelahiran Jakarta, 13 November 1955 ini dikenal sebagai wartawan segala platform. Semuanya telah ia rasakan, mulai dari televisi, radio, surat kabar, dan majalah.
Pada 1987 bersama 44 wartawan ex-Tempo ikut menerbitkan Majalah Berita Mingguan Editor. Ketika majalah tersebut dibredel pada 1994, ia ikut menerbitkan Majalah Berita Mingguan Tiras (1995-1998). Rita juga pernah menjadi reporter RRI untuk acara Seni dan Sastra (1984-1987), kemudian menjadi penyiar di Radio Delta FM (1994-2004). Ia juga Redaktur Pelaksana Wanita dan Berita (ANTV, 2001), Redaktur dan Narator Kabar-Kabari Minggu (RCTI, 2002), Redaktur dan Narator Kabar Baik (TVRI, 2009-2010).
Selain menjadi dosen mata kuliah Penyuntingan Berita dan Bahasa Jurnalistik di Politeknik Negeri Jakarta. Ia juga menjadi Humas Festival Film Indonesia (FFI) pada 2005 dan 2006. Ia semula bergabung di LSF (2009-2015) mewakili Pengurus Pusat Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), kemudian melanjutkan secara pribadi sebagai Tenaga Sensor LSF (2015-2019). Kini ia kembali menjadi anggota LSF (2020-2024).
Dan itulah beberapa dosen yang sudah mempunyai pengalaman di bidangnya. Sebenarnya bukan hanya lima dosen saja, tetapi masih banyak dosen lain yang tentunya juga mempunyai segudang pengalaman sebagai wartawan, penulis, penyunting, fotografer, dan sebagainya. Namun, tidak mengurangi rasa hormat kepadanya karena belum tercantum di tulisan ini.
Waw, keren² banget dosen pnj yaak :) semoga mahasiswa nya bisa jauh lebih keren dan sukses aamiiinn
BalasHapusAamiin
HapusManteb2 banget nih dosen2 ku. uwuu
BalasHapuskerenn2 bgt emg dhh saluuttðŸ˜
BalasHapusWah the best semua dosennya
BalasHapusKeren keren deh dosen kampusku
BalasHapuskeren keren bgtt dosen kitaa
BalasHapusbangga banget bisa dibimbing beliau beliau, kerenn. sehat selalu bapak ibu
BalasHapuskeren keren semuaa
BalasHapusWah emg dosen2 PNJ tuh hebat-hebat
BalasHapuskereennn
BalasHapusDosen keren semuaa sihh emangg!
BalasHapus